Kebanyakan penderita polio tidak menunjukkan gejala. Sejumlah kecil orang mengalami gejala yang meliputi:
Sejumlah kecil penderita polio juga mengalami gejala yang lebih serius. Ini termasuk kelemahan atau kelumpuhan yang memburuk selama beberapa hari. Kelemahan tersebut dapat mempengaruhi otot-otot kaki dan lengan, bahkan otot-otot yang membantu Anda bernapas dan menelan. Kaki lebih sering terkena dibandingkan lengan. Beberapa orang mengalami kelemahan parah yang menyebabkan kesulitan berjalan, bernapas, atau menelan.
Orang yang lumpuh karena polio bisa mempunyai masalah jangka panjang yang sulit sembuh. Banyak orang yang mengalami kelemahan otot tidak mendapatkan kembali kekuatan penuhnya, meskipun ada juga yang mengalaminya.
Bertahun-tahun kemudian, beberapa orang yang lumpuh karena polio bisa terkena kondisi yang disebut “sindrom pasca-polio”. Gejalanya meliputi:
Virus polio paling sering menyebar melalui kontak dengan tinja (disebut “feses”) dari orang yang terinfeksi virus polio. Hal ini dapat terjadi dengan berbagai cara, termasuk:
Virus polio juga bisa menular melalui air liur (ludah). Artinya, orang juga bisa tertular polio jika berbagi makanan atau peralatan dengan orang yang terinfeksi.
Ya. Pengujian polio melibatkan:
Setelah sampel dikumpulkan, dokter lain melakukan tes laboratorium untuk memeriksa virus polio.
Perawatan dapat mencakup:
Mendapatkan vaksin polio dapat mencegah polio. Vaksin ini diberikan bayi sejak baru lahir hingga usia 18 bulan. Terdapat 2 jenis vaksin polio yang tersedia di Indonesia, yaitu bentuk oral (bOPV) dan bentuk suntikan (IPV). Vaksin polio IPV tersedia dalam sediaan tunggal ataupun tersedia dalam sediaan kombinasi (DTaP-HepB-IPV-HiB). Jadwal vaksinasi program pemerintah yaitu bOPV sebanyak 4 kali di usia 0, 2, 3, 4 bulan dan IPV di usia 4 dan 9 bulan.